Surat untuk Sahabat Mahasiswa tentang Dunia yang Dilaknat

Sahabat,

Terberkahilah kau jika yang kau tuju dalam mengais ilmu karena-Nya, karena Sang Pemilik Ilmu. Sebab, konon, sebagian kita (mungkin saya, mungkin dirimu sendiri, mungkin dia, mungkin siapa saja yang kita kenal) terbius dan terlena oleh ciptaan-Nya. Ini daftarnya tidak pernah bergeser dan selalu bertambah: uang, jabatan, popularitas, dan seterusnya, dan sebagainya. Kita belajar untuk semata-mata punya pekerjaan. Kita belajar sekadar mengincar posisi. Kita menuntut ilmu agar masyhur dan populer di kalangan anu, di lingkungan anu. Begitu terus lingkarannya.

“Kalau mondok, jangan jadi PNS yah…” Dulu, kiai saya pernah berpesan demikian. Itu tertanam kuat di batin saya. Hingga sekarang. Dan kian kemari, saya tambah yakin ihwal pesannya itu. Bahwa sebagian yang menjadi PNS sekadar mencari kemapanan secara material, dan lalu merasa bakal “aman” di usia senja (padahal mana ada di dunia ini yang aman dan mapan, ya kan?). Bahwa sebagian yang menjadi PNS terlihat stagnan, tidak kreatif dan dinamis. Sudah ada template dalam hidupnya dengan jadwal dan rutinitas yang itu-itu saja. Tentu saja, itu hanya sebagian. Karena, ada sebagian PNS yang menjadi abdi negara bukan karena hal-hal di atas, yang hidupnya juga tulus karena lillah, kreatif dan dinamis. Juga, ada sebagian Pegawai Swasta a.k.a Karyawan yang bekerja dan hidupnya seperti PNS kebanyakan dan sebaliknya ada yang masuk kategori pengecualian.

Semoga jika anda kelak menjadi PNS atau Pegawai Swasta termasuk kelompok yang pengecualian ini.

Sahabat,

Terberkahilah kau, jika kelak kau menjadi guru, menjadi alim yang ujaran dan ajaranmu karena-Nya, Sang Pemilik Ilmu. Sebab, konon, sebagian yang kita lihat (mungkin saya, mungkin guru anda sendiri, mungkin guru kerabat anda, guru kolega anda, atau siapa saja yang anda kenal dalam hidup anda) tampak bukan karena-Nya. Kita alim. Kita menjadi guru. Tapi, kita cuma sekadar alim yang palsu, guru yang palsu, pengajar yang palsu. Apa muasalnya? Sebab, kita mengajar demi materi semata. Sebab, kita mengajar sekadar mengincar jabatan anu dan anu. Sebab kita menjadi alim agar terlihat lebih keminter di banding yang lain, agar tampak bisa membodoh-bodohkan yang liyan, yang berbeda, yang bukan sepaham, yang bukan segolongan, yang bukan sekelompok kita. Dan seterusnya. Dan sebagainya.

Suluh yang kita pegang sebagai pengajar bukan suluh cahaya, melainkan suluh api, hingga ia yang seharunya menerangi dan mencerahkan, malah sebaliknya: membakar dan menghanguskan. Naudzubillah.

Sahabat,
Terberkahilah jika kau masih menzikir-zikir Nama-Nya, Sang Pemilik Rindu Sejati. Terberkahilah jika kau masih menyelipkan Nama-Nya di dalam nafas yang kau hembuskan: saat belajar, saat bekerja, saat berikhtiar, saat mengajar, saat apa pun selama hidup di dunia ini. Ada zikir, ada rindu, ada yang kau kangeni dan tidak pernah bertepuk sebelah tangan dalam merespon rindu dan kangenmu: Rabb.

Sahabat,
Penuntut ilmu yang baik, guru yang baik, dan apalagi tiada jemu berzikir kepada-Nya adalah senarai yang tidak akan dilaknat di dunia ini, sebagaimana disinggung dalam hadis yang sahabat-sahabat sudah hafalkan itu.

Abi Hurairah meriwayatkan: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Dunia dan segala isinya terlaknat, kecuali yang senantiasa berzikir kepada Allah dan yang mengikutinya, dan orang alim (guru/pengajar), dan muta’llim (murid/pembelajar)…” (HR. Tirmidzi)

Dunia, syahdan, sabda Nabi Muhammad saw, adalah ladang akhirat. Ia tempat kita bercocok tanam yang buahnya akan kita panen kelak ketika kita pulang ke Rumah Abadi. Dunia dan seisinya akan menjadi laknat dan hina dan kotor dan busuk jika kita terbius oleh bunga-bunganya, oleh tipuannya, oleh permainannya, hingga kita alpa, menjauh dan melupakan sang pencipta dunianya: Rabb Azza wa Jalla. Dan tak aneh jika definisi dunia menurut Syekh Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al-Maliki al-Hasani adalah segala sesuatu yang menyibukkan kita hingga kita menjauh dan melupakan Allah. Begitulah.

Sahabat,
Ingatlah baik-baik itu. Rekamlah dengan legawa di jiwamu, di batinmu. Dan maaf jika pesan-pesan ini tampak menggurui. Karena pesan ini untuk menasehati diri saya juga agar kelak bila saya lalai dan terlena bisa saya baca kembali.

Akhir kalam, jika kau menemukan yang baik dan indah dari pesan kuliah kali ini, semua adalah milik-Nya. Jika sebaliknya, dan itu keliru, maka sejatinya itu dari saya pribadi yang sering alpa dan khilaf.

Catatan:
(Bagian 3 dari 4 refleksi hadis untuk mengampu MK Praktikum Al-Islam Studi Hadis di Prodi PGPAUD/FKIP/UMC)

Tabik,
Cirebon, 12.07.20

Al-faqir, Al-haqir.
A.Muaz

Diterbitkan oleh catatanmuaz

dosen | penulis lepas

Tinggalkan komentar